Studi Perubahan Iklim: Siap-siap Jawa Mengalami Kekeringan Ekstrem

DATA

KEKERINGAN akibat El Nino 2021 membuat sektor pangan indonesia, khususnya di Pulau Jawa, kelimpungan. Panen padi di Indonesia tahun lalu turun 3,95 juta ton atau 17.54 persen lebih rendah dibanding pada 20:32. Situani ini mengerek inflasi sektor pangan indonesia ke angka tertinggi se-Asia Tenggara. Situasi kekeringan hisa menjadi inbih parah di masa depan. Studi terbaru saya bersama tim mempredikan Jawa berisiko mengalami penurunan hujan tahunan secara signifikan dibanding kondisi saat ini. Penurunan ini berkisar rata-rata id pensen hingga 2060 dan 16,2 persen hingga akhir abad ini. Perubahan terambut dapat berdampak pada 73 person total pendudisk Jawa atau lebih dari 100 juta jiwa. Kami membuat prodiku ini berdasarkan usumsi hahwa dunia membiarkan pelepasan emisi sangat banyak dan terus meningkat tanpa dibarengi upaya pengurangan. Situasi ini sepatutnya nimjadi catatan pemerintah Indonesia dan dunia untuk terus meningkatkan upaya mengatasi perubahan iklim semaksimal uningkin.

Risiko Besar Kekeringan

Pada akhir abad ke-21, riset kami menaksir hari tanpa hujan di Pulau Jawa secara berturut-turut meningkat sebesar 186-34.56 persen dibanding pada saat ini Ancaman kekeringan lebih besar terjadi di dataran rendah. Kabupaten kabupaten di sepanjang pesisir atara Jawa, dari Serang hingga Madura, dapat mengalami penurunan curah hajan hingga 37 person.
Search instead for K EKERINGAN akibat El Nino 2021 membuat sektor pangan indonesia, khususnya di Pulau Jawa, kelimpungan. Panen padi di Indonesia tahun lalu turun 3,95 juta ton atau 17.54 persen lebih rendah dibanding pada 20:32. Situani ini mengerek inflasi sektor pangan indonesia ke angka tertinggi se-Asia Tenggara. Situasi kekeringan hisa menjadi inbih parah di masa depan. Studi terbaru saya bersama tim mempredikan Jawa berisiko mengalami penurunan hujan tahunan secara signifikan dibanding kondisi saat ini. Penurunan ini berkisar rata-rata id pensen hingga 2060 dan 16,2 persen hingga akhir abad ini. Perubahan terambut dapat berdampak pada 73 person total pendudisk Jawa atau lebih dari 100 juta jiwa. Kami membuat prodiku ini berdasarkan usumsi hahwa dunia membiarkan pelepasan emisi sangat banyak dan terus meningkat tanpa dibarengi upaya pengurangan. Situasi ini sepatutnya nimjadi catatan pemerintah Indonesia dan dunia untuk terus meningkatkan upaya mengatasi perubahan iklim semaksimal uningkin. Baca: Cuaca Panas Ancam Produksi Beras Dibayangi Dampak Inflasi Pangan Risiko Besar Kekeringan Pada akhir abad ke-21, riset kami menaksir hari tanpa hujan di Pulau Jawa secara berturut-turut meningkat sebesar 186-34.56 persen dibanding pada saat ini Ancaman kekeringan lebih besar terjadi di dataran rendah. Kabupaten kabupaten di sepanjang pesisir atara Jawa, dari Serang hingga Madura, dapat mengalami penurunan curah hajan hingga 37 person.

Foto udara sawah yang mengalami gagal panen akibat kemarau panjang di Kampung Darim, Losarang, Indramayu, Jawa Barat, Sabtu, 25 November 2023. TEMPO/M Taufan Rengganis

Sementara itu, di rata-rata daerah di Jawa, curah hujan berkurang 8-18 persen Kekeringan akan meningkat hingga dua kali lipat sepanjang munim lanmurau.
Potensi kelinringan bakal kian parah karona naiknya temperatur maksimum harian. Pada saat itu, temperatur adi Pulau Jawa berpotensi meningkat 1,7-3,1 Celsins
Suhu tertinggi yang mencapai 40″ Celsius mungkin akan dialami beberapa kabupaten, seperti Indramayu, Cirebon, Sahang, Karawang, dan Kota Vogyakarta, Di daerah tersebut, jumlah hari dengan suhu sangat ekstrem akan naik delapan kali lipat dibanding pada saat ini.
Pada akhir abad ke-21, rata-rata wilayah Jawa akan mengalam 209 hari berturut-turut dengan suhu maksimum harian yang sangat ekstrem (rerata di atas 36″ Celsius). Padahal, secara historis, suhu ekstrem rata-rata tersebut hanya terjati nelama empat hari berturut-turut.

Dampak Kekeringan terhadap Pertanian
Penumpukan emisi di atmosfer pada 2100 juga akan membuat 10 porann danrah Pulau Jawa (sekitar 15 ribu kilometer persegi) berisiko mengalami kekeringan. Daerah yang terkena dampak ini merupakan lembah-lembah lahan pertanian dataran rundah yang subur sekaligus penyangga kebutuhan beras di Indonesia
Di kawasan pantai utara lawa, daerah yang terkena dampak adalah Pandeglang, Bekasi, Karawang, Subang, Indramayu, Cirebon, Brebes, Pati, Grobogan, Bojonegoro, Tuban, dan Lamongan,
Sementara itu, dacrah di kawasan selatan, seperti Gunungkidul, Jember, Cianjur, Sukabumi, dan Cilacaps, juga turut terkena imbasnya.
Kokaringan dapat mengurangi tampungan air untuk irigası. Hal ini pada akhirnya akan mengancam ketersediaan air untuk pertanian.
Jika emisi tidak dikurangi secara maksimal, krisis pengairun akan mengancam produksi pertanian. Hal temebut dapat menaikkan harga bahan pangan akibat kelangkaan di dalam negen hingga mengancam kotahanan pangan negara.
Fenomena cuaca El Nino juga akan membuat risiko kekeringan lebih tinggi di masa depan. Stadi lain meramaikan bahwa El Nino akan terjadi inbih sering dan parah.
Pasokan listrik dari pembangkit yang mengandalkan stabilitas debit air bendungan juga dapat terganggu. Hal ini sudah terbukti di Sulawesi Selatan yang mengalami banyak kejadian byar-pet alias pemadaman bergiiir pada minim kering tahun lalu.
Panas Menyengat di Perkotaan
Penelitian kami juga mencatat, pada 2100, semua penduduk Jawa akars merasakan kenaikan suhu setidaknya 1,5-2,5″ Celsius. Bahkan mayoritas penduduk (63 persen) yang bermukim di kota-kota padat penduduk, seperti Jabodetabek, Surabaya, Bandung, dan Semarang, dapat terkena dampak kenaikan suhu 1 Celsius atau lebih
Kenaikan suhu, apabila terjadi saat musim kemarau, berisiko memicu intensdikasi suhu panas di perkotaan (urban hent).

Meskipun ancamanıya tidak akan seserius di negara subtropis, suhu panas ekstrem di kota dapat meningkatkan kebutuhan pendinginan dalam ruangan Walhasil, pada saat seperti itu, konsumsi energi juga akan meningkat.
Sementara itu, bagi puluhan juta penduduk inta-kota besar di Jawa yang tidak memiliki akses pendinginan yang memadai, panas ekstrem dapat menurunkan kebugaran, menimbulkan gangguan kecemasan, bahkan menyebabkan kematian.

Tak Hanya Kekeringan

Ada sekitar 10 juta penduduk di kawasan yang membentang di sepanjang pegunungan lawa, dari hulu Sungai Cidanan di Banten hingga Sungai Bajulmati, Banyuwangi, yang berisiko menjadi korhan
Ini belum termasuk kerugian materi apabila bangunan dan hewan ternak tersapa air bah ataupun tanah longsor. Pasokan komoditas tanaman hortikultura yang acap ditanam di dataran tinggi, seperti kantang dan tomat, juga dapat terganggu
Jika molnas, hanjir dari hulu juga dapat merusak pertanian padi. Hal ini terjadi di bantaran sawah Bengawan Solo pada 2007 dan 2013
Antisipasi Sejak Dini
Pembuat kebijakan, akademikus, dan masyarakat harus bekerja sama mengembangkan serta menerapkan strategi guna mengurangi dampak peningkatan kejadian ekstrem di masa depan. Proses pengambilan keputusan juga perin disertai kesadaran akan potensi perubahan di masa depan.
Sektor pertanian Indonesia perlu berbenah. Kita bisa melakukan upaya seperti memperbaiki sistem pengelolaan irigasi serta menerapkan praktik pertanian yang tahan terhadap kokeringan dan panas ekatrem. Petani dan masyarakat juga perlu kita libatkan dalam upaya betadaptasi dengan peningkatan sahu.

Kita pun perlu memperhatikan ancaman hanjir dan tanah inngsot, khususnya di huitu sungai-sungai besar di Jawa. Pemerintah periu merodam alih fungsi lahan, mencegah sedimentasi, serta memulihkan ekosistem alami di sepanjang daerah aliran sungai, juga di daerah tangkapan air di kawatan hulu.

Antisipasi Sejak Dini

Kita pun perlu memperhatikan ancaman banjir dan tanah longsor, khususnya di hulo sungai-sungai besar di Jawa. Pemerintah periu meredam alih fungsi lahan, mencegah sedimentasi, serta memulihkan ekosistem alami di sepunjan daerah aliran sungai, juga di daerah tangkapan air di kawasan huhu.
Perancangan infrastruktur mitigasi banjir juga harus amalai mempertimbangkan perubahan pela hujan ekstrem dan banjir di masa depan Sebagai contoh, dimensi infrastruktur pengendali hanjir seperti tanggal tidala bisa lagi kita desain berdasarkan data-data ompiris masa lalu,
Sebaliknya, Indonesia harus mendesain dimensi bangunan-bangunan infrastruktur mitigasi bencana dengan mempertimbangkan perubahan pola Inujan ekstrem masa depan.
Indonesia juga perdu berinvestasi dalam sistem peringatan dini dan perbaikun infrastruktur pencegah hencana untuk mengurangi risiko bencana yang berkaitan dengan cuaca ekstrem. Mitigasi bencana terbukti sangat efektif dar nfinion dalam mengurangi kerutakan, korban jiwa, dan koragian materi ketik
bencana terjari
Selain itu, saat melakukannya, pemerintah harus memastikan partisipasi masyarakat sonara aktif dalam sistem kesiapsiagaan dan respons terhadap bencana. Hal ini bertujuan meningkatkan pemahaman warga seputar risiko bencana agar mereka bisa meredam dampaknya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *